to 2to6

2to6 Records is a small indie label dedicated in psychedelic trance for the late hours of the night

Alat Musik Tradisional Batak Toba

Alat Musik Tradisional Batak Toba – Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman dan suku etniknya, hingga saat ini terdapat sekitar 1.300 kelompok etnis di Indonesia, masing-masing suku bangsa tentu tidak memiliki tradisi dan kekhasan budaya masing-masing. Dalam artikel ini kita akan membahas musik tradisional provinsi Sumatera Utara, Batak Karo.

Keragaman seni dan budaya yang ada di dunia, dan di Indonesia khususnya memberi banyak pengaruh bagi peradaban manusia, juga seni musik, alat musik tradisional membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan musik. slot indonesia

Alat musik tradisional adalah alat musik yang dikembangkan dalam masyarakat tertentu, musik tradisional biasanya berkaitan erat dengan adat istiadat suku / etnis.

Jika dikelompokkan berdasarkan klasifikasi organologis von Horn Bostel dan Curt Sachs, alat musik Toba dapat dilihat sebagai berikut:

1. Idiofon Grup:

  • Oloan
Alat Musik Tradisional Batak Toba

Oloan adalah salah satu geng berpencu yang terkandung dalam Batak Toba. Oloan bermain serentak dengan tiga gung lainnya dalam ansambel, jadi nomor empat, yang juga dimainkan oleh empat pemain. Gung ogung keempat biasanya disebut, tetapi masing-masing dibedakan dengan menyebutkan peran ogung dalam ansambel musik. https://www.mustangcontracting.com/

Oloan terbuat dari logam / perunggu dengan sistem cetak. Sekarang ini sudah banyak bahan gung yang terbuat dari plat besi yang dibentuk sedemikian rupa. Untuk membedakannya dari bunyi ogung lainnya maka penyetelan dilakukan dengan memasang katrol getah (sejenis pohon palem) di dalam gung. Semakin getah katrol, semakin rendahlah suara gung. Gung Oloan garis berukuran sedang sekitar 32,5 cm, tinggi 7 cm, dan bendulan (pencu) di tengah dengan diameter sekitar 10 cm.

Oloan pencunya dipukul dengan tongkat yang terbuat dari kayu dan pangkal ujungnya dilapisi dengan kain atau karet. Oloan gung gung ihutan selalu diikuti oleh ritme yang sama, tetapi tidak akan pernah jatuh pada ritme yang sama (kanon ritmik).

  • Inhutan

Seperti dijelaskan di atas, itu juga merupakan geng inhutan berpencu yang digunakan dalam ansambel dengan tiga gung lainnya. Yang membedakannya dari gong lain adalah ukuran, suara, dan teknik permainannya.

Ihutan ukuran sedang d dengan garis (diameter) sedikit lebih kecil dari Oloan, yaitu 31 cm, tinggi (tebal) 8 cm, dan diameter sekitar 11 cm pencu. Ritemnya konstan dan bersahut-replikasi dengan gong Oloan (Litany), sehingga dikatakan suara-replikasi antara dua gong ini disebut polol-polol onomatopoeik. Gong juga dimainkan dengan menggunakan tongkat yang terbuat dari kayu dengan kain atau karet diobungkus. Dimainkan oleh satu pemain.

  • Panggora

Panggora juga merupakan salah satu gong berpencu yang dimainkan oleh satu orang. Bunyi gung ini adalah ‘pok’. Bunyi ini timbul karena gong dimainkan dengan cara memukul pencunya dengan tongkat sambil berdiri dan sisi gong dimute (diredam) dengan tangan. Gong adalah gong gong terbesar yang ada dinatara keempat. Ukurannya adalah diameter 37 cm, tinggi (ketebalan) 6 cm dan diameter sekitar 13 cm pencunya.

  • Doal

Doal juga adalah gong berpencu yang memainkan bersahut-replikasi dengan Panggora dengan suara di onomatopenya adalah kel sehingga ketika dimainkan bersamaan dengan gong akan terdengar panggora pok – kel – pok – kel dan sebagainya dengan irama yang tidak berubah sampai komposisi a gondang (lagu) habis.

  • Hesek

Hesek adalah alat musik dalam pembawa tempo utama gondang sabangunan ansambel musik. Dia gegar otak instrumen perkusi. Hesek terbuat dari bahan logam yang terdiri dari dua potong dengan bentuk yang sama, yaitu sebagai simbal, tetapi ukurannya relatif jauh lebih kecil dengan diameter sekitar 10-15 cm, dan kedua unit tersebut dihubungkan oleh tali.

  • Garantung

Garantung (baca: garattung) adalah jenis jam wilahan yang terbuat dari kayu (gambang) yang terbuat dari kayu ingol (bahasa Latin: …) dan dosi. Garantung terdiri dari 7 wilahan yang ditangguhkan di atas sebuah kotak serta sebuah resonator. Setiap wilahan memiliki nada masing-masing, yaitu 1 (lakukan), 2 (kembali), 3 (mi), 4 (fa), 5 (jadi), 6 (la), dan 7 (si). Antara wilahan satu dengan lainnya wilahan terhubung dan digantung dengan tali.

Kotak resonator itu sendiri juga memiliki tangkai, yang juga akan menjadi bagian yang juga dipukul sebagai irama dasar, dan wilahan sebagai melodi. Alat musik ini dimainkan dengan menggunakan dua tongkat di tangan kiri dan kanannya. Sedangkan tangan kiri juga berfungsi sebagai pembawa melodi dan pembawa irama, yaitu tangan kiri memukul tangkai garantung dan wilahan juga dalam memainkan lagu. Instrumen ini dapat dimainkan solo (tunggal), tetapi juga dapat dimainkan dalam ansambel.

2. Membranophone Kelompok

  • Gordang

Gendang Batak Toba sering disebut gondang atau taganing. Memang kedua elemen tersebut terdapat dalam drum, hanya saja detailnya yaitu gondang dan taganing walaupun keduanya termasuk klasifikasi Membranophone dan bentuknya juga hampir sama (hanya perbedaan ukuran), tetapi keduanya berbeda.

Pemahaman Gondang sendiri masyarakat Batak pada umumnya memiliki arti tergantung pada kata apa yang dilekatkan pada kata gondang. Setidaknya ada empat pengertian gondang (Toba), drum (Karo), gordang (Mandailaing), drum (Pak-Pak Dairi), gonrang (Simelungun), dalam masyarakat ini, yaitu (1) sebagai nama lagunya, (2) sebagai upacara, (3) sebagai instrumen, dan (4) sebagai ansambel.

Gordang adalah drum terbesar yang terkandung dalam masyarakat Batak Toba, yaitu drum ditempatkan di sebelah kanan pemain di rak drum. Gordang biasanya dimainkan oleh satu pemain menggunakan dua tongkat. Gordang adalah bagian dari drum lain (taganing).

Drum Toba adalah salah satu drum melodi yang terdapat di Indonesia. Karena itu lebih melodis daripada perkusif, maka klasifikasi gondang ini von Horn Bostel dan Curt Sachs diklasifikasikan lebih spesifik disebut drum-chime. Gordang berupa drum tangan berbentuk kerucut dengan tinggi sekitar 80-120 cm dengan diameter (membran) sekitar 30-35 cm, dan bagian bawah kakinya sekitar 29 cm.

Gordang terbuat dari kayu nangka berlubang di dalamnya, kemudian ditutuip dengan kulit anak sapi di sisi atas dan bawah sebagai patok untuk mengencangkan tali (tali) yang terbuat dari rotan (rotan). Bagian dari drum dipukul tidak hanya bagian dari membran, tetapi juga sisi untuk menghasilkan ritme tertentu berulang kali. Ritmenya lebih konstan.

Gordang biasanya dimainkan bersamaan dengan taganing. Gordang ditempatkan di pemain yang tepat (pargocci). Singkatnya gordang taganing dianggap satu set karena bentuknya hampir sama, hanya ukurannya bisa dibedakan, lokasi juga di ansambel berada di rak (gantungan) yang sama.

  • Taganing

Taganing adalah set drum melodik (drum-chime), yang terdiri dari lima drum yang menggantung di rak. Bentuknya sama dengan gordang, hanya ukurannya yang bervariasi. Yang terbesar adalah drum kanan, dan lebih ke kiri dengan ukuran lebih kecil. Nada suaranya juga, lebih ke kiri nada lebih tinggi.

Taganing dimainkan oleh satu atau dua orang dengan menggunakan dua tongkat. Dibandingkan dengan konstanta relatif gordang, maka taganing adalah melodi.

  • Odap

Odap adalah drum dua sisi berbentuk kerucut. Odap juga terbuat dari kayu nangka dan co kulit dan pengikat tali / pengikat yang terbuat dari rotan. Ukuran tinggi sekitar 34 -37 cm, diameter 26 cm di satu sisi membran, dan 2 sisi diameter sekitar 12 -14 cm.

Cara memainkannya adalah, bagian gendang dijepit ke kaki, dan kemudian dipukul dengan kelelawar, sehingga suara menghasilkan suara … dap, dap …, dap …, dan sebagainya. Instrumen ini juga digunakan dalam ansambel gondang sabangunan.

3. Grup Aerofon:

  • Sarune Bolon
Alat Musik Tradisional Batak Toba

Sarune Bolon (aerophone double reed) adalah alat musik tiup terbesar yang terdapat di komunitas Toba. Alat musik ini digunakan di sebagian besar ansambel musik besar juga, yaitu gondang Bolon (artinya: ansambel besar). Sarune Bolon dalam ansambel berfungsi sebagai pembawa melodi utama. Dalam ansambel gondang Bolon biasanya hanya dimainkan satu bagian saja. Pemain disebut parsarune.

Teknik bermain sarune adalah dengan menggunakan istilah marsiulak Hosa (pernafasan melingkar), yang berarti, seorang pemain dapat sarune puff tanpa putus-putus dengan mengatur pernafasan, sambil menghirup udara kembali melalui hidung sambil meniup sarune. Teknik ini dikenal hampir semua suku Batak.

Namun penamaan berbeda, seperti di Karo disebut pulunama. Sarune terbuat dari kayu dan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu (1) pangkal ujung sebagai resonator, (2) batang, yang juga sebagai nada lubang, dan (3) pangkal ujung ujung penghasil bunyi lidah (buluh) yang terbuat dari daun kelapa hijau dilipat sedemikian rupa sehingga ditempatkan dalam tabung kecil dari logam, dan ditempelkan di badan sarune.

  • Sarune

Sarune bulu (sarune bamboo) seperti namanya adalah sarune (aerophone-reed, seperti Clarinet) yang terbuat dari bambu. Sarune terbuat dari ruas bambu yang kedua ujungnya lubang (tanpa jalan) yang panjangnya kira-kira sekitar 10-12 cm, dengan diameter 1-2 cm.

Bambu dibuat lubang 5 biji dengan ukuran berbeda. Di pangkal lidah diletakkan di salah satu ujung (buluh) bambu yang sebagian membuatnya goyang. Lidahnya dimasukkan ke batang sarune, dan bisa dilepas-copot. Panjang lidah itu sendiri sekitar 5 cm. Sarune di Mandailaing ini juga dikenal dengan nama yang sama.

  • Sulim

Sulim (Aerophone: seruling samping) adalah alat tiup yang terbuat dari bambu seperti seruling atau seruling. Panjang sulim bervariasi tergantung pada nada dasar yang akan diproduksi. Sulim memiliki pitch 6 lubang dengan jarak antara lubang nada dengan lubang nada lain yang dibuat oleh pengukuran tradisional. Namun dalam melodi seruling ini diproduksi walaupun bisa juga memainkan lagu-lagu minor, tetapi lebih cenderung memainkan skala mayor (mayor) dengan diatonis.

Perbedaan Sulim ini dengan seruling-seruling lainnya adalah, suara yang dihasilkan selalu bergetar. Ini karena lubang yang dibuat khusus untuk menghasilkan getaran ini, yaitu lubang yang dibuat antara lubang nada dengan meniup lubang dengan diameter sekitar 1 cm, dan lubang tersebut ditutup dengan membran dari bahan plastik, sehingga suara yang dihasilkan bergetar.

  • Ole-Ole

Ole-ole (Aerophone: multi-reed) adalah alat musik tiup yang sebenarnya milik jenis alat musik adalah alat musik solo. Alat ini terbuat dari ruas batang padi dan pada pangkal dekat ujung ruasnya patah sehingga fraksi batang ini masuk ke dalam vibrator udara sebagai penghasil suara (multi lidah / buluh).

Alat musik ini terkadang juga membuat lubang pada nada batang. Banyak lubang atonal tergantung pada pabrikan dan catatan yang ingin dicapai. Ini karena alat hiburan lebih bersifat personal. Pada pangkal daun digulung tebu atau daun palem sebagai resonator, sehingga suaranya keras dan bisa terdengar jauh. Instrumen ini musiman, yaitu ketika panen tiba.

  • Sordam

Talatoat

Balobat

Tulila

4. Grup Kordofon

  • Hasapi
  • Sidideng (Arbab)
  • Panggepeng
  • Saga-saga

Alat Musik Tradisional Batak Toba, Sumatera Utara Ansambel gondang Tabungan terdiri dari buah sarune Bolon (Aeropon, buluh ganda), terkadang juga menggunakan sarune etek (sarune kecil yang lebih kecil dari sarune Bolon sebagai pembawa melodi, satu set drum yang disebut taganing (drum-chime), yaitu enam drum yang menggantung di satu rak, dipukuli oleh dua orang lelaki dengan tongkat.

Ini adalah gondang melodic drum, serta pembawa gendang ritme gondang juga melodik. Empat gong, yaitu odap, Panggora, Doal dan ihutan. Satu buah hesek, yaitu potongan-potongan besi dipukul sebagai pembawa tempo.

Dalam masyarakat Batak, status sosial mereka tinggi dan dapat dikatakan dihormati. Karena itu, pemutar musik biasanya selalu berlangsung lebih tinggi dari publik pada upacara umumya. Misalnya, pada upacara mangalahat Horbo (upacara pemotongan kerbau), seorang musisi di Toba biasanya memainkan musik di rumah adat, sedangkan upacara itu sendiri dilakukan di halaman rumah adat. Ini juga menggambarkan simbol-simbol, bahwa musisi juga dihormati dan berstatus tinggi.

Ensemble gondang hasapi adalah musik ensemble menggunakan ha sapi (lute leher panjang) sebagai pembawa melodi yang diiringi oleh alat musik Sulim (aeropon, side-blown flute). Hasapi biasanya menggunakan dua, satu hasapi ende, yaitu hasapi sebagai melodi dan carrier lain hasapi Doal, yaitu hasapi sebagai pembawa tempo.

Uning-uningan adalah ansambel yang menggunakan instrumen yang dianggap kurang dari dua ansambel musik di atas. Ensembel ini menggunakan instrumen sebagai pembawa melodi garantung (sejenis gambang), dipukuli dengan dua batang. Tongkat tidak hanya dipukuli ke wilayah, tetapi juga sebagai pembawa karena memukul tongkat mendapat tangkai garantung.

Jill Hernandez

Back to top